Tembakau Madura selama ini
sangat variatif sekali, baik produktivitas maupun mutunya sehingga berpengaruh
terhadap pemasaran yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan petani.
Pada tahun 2004 Balittas Malang telah melakukan sosialisasi tembakau Madura
rendah nikotin (varietas Prancak N1) yang memiliki mutu yang baik (kadar
nikotin rendah, kadar gula tinggi dan aromatis) dan diminati oleh pasar
(PR. Gudang Garam dan PR. Sampoerna).
PERMASALAHAN
Permasalahan umum yang dihadapi komoditas
tembakau terutama tembakau lokal dan industri rokok keretek adalah kampanye
anti rokok yang dipelopori WHO (World Health Organization) sejak tahun
1974. Pemerintah telah menerbitkan PP 38/2000, antara lain menetapkan
pembatasan kadar nikotin dan tar (dalam asap) maksimum 1,5 dan 20 mg per batang
rokok.
PP
tersebut berdampak cukup besar, antara lain penurunan produksi rokok keretek
dan harga tembakau lokal, sehingga akhirnya diperbarui dengan PP 19/2003 yang
mencabut ketetapan kadar nikotin dan tar tersebut, tetapi setiap bungkus rokok
tetap wajib mencantumkan kadar tar dan nikotin yang terkandung serta peringatan
bahaya merokok bagi kesehatan. Selain itu Departemen Pertanian wajib
mencari tembakau dengan resiko kesehatan seminimal mungkin, di antaranya kadar
nikotin dari tembakau cukup rendah.
Upaya Balittas untuk menurunkan
kadar nikotin tembakau lokal dimulai tahun 1993. Tembakau Madura
Prancak-95 disilangkan dengan beberapa varietas tembakau Oriental (Turki) yang
berkadar nikotin < 1 %. Hasil persilangan diseleksi untuk mendapatkan
galur yang berkadar nikotin lebih rendah dari Prancak-95 dengan bentuk
morfologi mirip Prancak-95 dan mewarisi sifat ketahanan terhadap penyakit lanas
(Phytophthora nicotianae) dari Prancak-95. Dari 10 galur yang
diuji multilokasi terpilih galur 93/2 dan 90/1 yang kemudian dilepas pada bulan
Mei 2004 sebagai Prancak N-1 dan Prancak N-2. Keragaan Prancak N-1 dan
Prancak N-2 dan Prancak-95 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Potensi hasil, mutu dan kadar nikotin
varietas Prancak N-1 dan Prancak N-2
Varietas
|
Potensi
hasil
(ton/ha)
|
Indeks
mutu
|
Indeks
tanaman
|
Kadar
nikotin
(
% )
|
Prancak N-1
Prancak N-2
Prancak 95
(Pembanding)
|
0,9
0,8
0,8
|
62,45
68,52
57,12
|
60,07
56,07
45,22
|
1,76
2,00
2,31
|
Kedua varietas baru ini telah disosialisasikan oleh Balittas kepada petani di
Kabupaten Pamekasan dan Sumenep pada tahun 2004, seluas 50 ha. Secara
umum varietas tersebut dapat diterima oleh petani maupun gudang pabrik rokok
besar. Harga tembakau tersebut sampai tanggal 10 Agustus 2004 berkisar
antara Rp. 16.000 – Rp. 24.000 per kg. Kisaran harga yang cukup besar
tersebut dikarenakan variasi hasil dan mutu di tingkat petani yang
disebabkan oleh variasi cara budidaya. Dari pertemuan sosialisasi
tersebut diperoleh informasi sebagai umpan balik sebagai berikut :
·
Saat tanam paling tepat tembakau Madura adalah pada awal – pertengahan Mei,
agar panen dilakukan pada awal sampai pertengahan Agustus di mana gudang pabrik
rokok besar sudah buka. Patokan yang dipakai petani adalah umur 60 hari
dipangkas, dan sebulan kemudian (umur 90 hari) panen. Tembakau yang ditanam
sebelum bulan Mei membutuhkan banyak air hujan. Sedangkan yang ditanam di
atas bulan Mei akan melewati bulan September, sebelum panen tanaman akan banyak
menyerap air kapiler yang mulai naik (“tanah ngompol”). Kedua hal
tersebut di atas dapat menurunkan mutu (aroma) tembakau.
·
Pemberian pupuk N dan air yang berlebihan, menyebabkan pertumbuhan tanaman
terlalu tinggi dan besar. Hal ini tidak dikehendaki karena walaupun
hasilnya tinggi tetapi mutunya jatuh.
·
Status K tanah di Madura umumnya rendah sampai sedang (hasil analisis tanah
terlampir). Gejala kekurangan ZK mulai terlihat pada pertanaman umur satu
bulan. Daun-daun bawah tepi daunnya menguning dimulai dari ujung daun,
selanjutnya bagian ini mengering dan terjadi perforasi. Pada umur lebih
lanjut daun-daun bawah cepat mengering sebelum waktunya (ngrosok).
Penggunaan 100 kg ZK per hektar dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dan
seringkali memperpanjang umur tanaman. Beberapa petani agak bingung
karena pada umur 90 hari belum siap panen. Petani kooperator yang
dibimbing oleh salah satu pabrik rokok besar diarahkan untuk panen
bertahap.
·
Tidak tersedianya ZK menyebabkan petani ada yang memakai KCl atau Phonska,
sehingga terjadi keluhan pabrik rokok akan tingginya Cl dalam daun
tembakau. Kandungan Cl yang dikehendaki kurang dari 1,5%.
·
Banyak petani yang menanam tembakau Jawa seperti Samporis, DB 101 dan
Jepon Kasturi untuk memperoleh hasil yang tinggi. Akan tetapi mutu yang
dihasilkan tidak sesuai dengan keinginan pabrik rokok. Nara sumber dari salah satu pabrik rokok
besar sangat mengkhawatirkan akan hilangnya jenis tembakau Madura asli yang
berakibat menurunnya mutu tembakau.
· Menurut
salah satu gudang pabrik rokok besar, varietas Prancak N-1 yang ditanam di
lahan sawah dengan budidaya yang tepat, mutu aromanya menyamai tembakau
tegal/gunung.
PAGUYUBAN PETANI TEMBAKAU GUNUNG
BACEM SUTOJAYAN BLITAR
Jl.
Masjid No. 05 Bacem Sutojayan Blitar (0342) 441 839
E-Mail : mastiba_stiba@gmail.com
Contact Person : 0857 3524 1411